TABANAN | suaratabanan.id – Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Tabanan melaksanakan Pemetaan Potensi Risiko Kesehatan Masyarakat di 4 Desa Program Community Epidemic and Pandemic Preparedness Program (CP3) di Kabupaten Tabanan.
Pemetaan ini akan berlangsung 12-16 Mei 2023 di Desa Kukuh, Marga; Desa Bengkel, Kediri; Desa Samsam, Kerambitan; dan Desa Beraban, Selemadeg Timur.
Koordinator program CP3 PMI Kabupaten Tabanan, I Nyoman Sukawirma saat ditemui suaratabanan.id di Warung Dadi, Desa Dauh Peken, Kec/Kab. Tabanan, Jumat (12/5) mengungkapkan “Kegiatan ini dilaksanakan 5 hari efektif, hari pertama dilaksanakan pembekalan oleh PMI Pusat untuk tim sebelum turun kelapangan dan hari ke 2 hingga ke 5 dilaksanakan dilapangan/didesa masing-masing” ungkapnya.
Sementara itu, Staff Divisi Kesehatan & Sosial PMI Pusat, Anggi Ardiansyah saat memberikan paparan pengantar proses pemetaan menjelaskan, pemetaan potensi risiko kesehatan merupakan proses mengidentifikasi, menganalisis, dan memetakan potensi risiko kesehatan di 4 Desa Program CP3 PMI di Tabanan.

“Proses pemetaan ini melibatkan penggunaan Sistem Informasi Geografis (GIS) dan alat analisis spasial lainnya untuk memetakan dan memvisualisasikan distribusi risiko kesehatan berdasarkan berbagai faktor seperti bahaya lingkungan, prevalensi penyakit, kondisi sosial-ekonomi, akses ke layanan kesehatan serta indikator lain yang terkait dengan suatu penyakit tertentu” Ungkapnya.
Anggi juga menambahkan “Peta potensi risiko kesehatan masyarakat memberikan informasi yang berguna bagi para ahli kesehatan masyarakat ataupun pembuat kebijakan dalam mengidentifikasi area atau wilayah yang memiliki tingkat risiko kesehatan yang tinggi. Dengan demikian, mereka dapat mengembangkan strategi pencegahan yang lebih efektif dan memprioritaskan sumber daya untuk mengurangi risiko kesehatan di wilayah tersebut” tambahnya.
PMI Pusat berharap hasil akhir dalam kegiatan ini tersedianya peta potensi risiko kesehatan dengan informasi visual atau gambaran yang menunjukkan sebaran atau distribusi faktor-faktor potensi risiko kesehatan yang dinilai berdasarkan tingkat kerentanan dan kapasitas di tiap-tiap wilayah, yang dapat memberikan informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami tentang kondisi kesehatan masyarakat, serta dapat membantu mengidentifikasi daerah atau kelompok masyarakat yang rentan terhadap penyakit tertentu.
“Kami berharap peta tersebut bisa dijadikan sebagai alat untuk melakukan mitigasi & perencanaan penguatan kapasitas serta kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi potensi krisis kesehatan/penyakit di wilayahnya masing-masing” tutup anggi. (ST-AR)